Pages - Menu

Thursday 27 April 2017

Hey, Belajar Melepaskan Itu Sulit!

Pernah gak lu bener-bener sayang sama seseorang, dan rasa sayang itu bener-bener tulus? Semua orang bisa memproklamirkan diri tulus sama seseorang. Tapi, pernahkah lu ngelepas orang tersebut?

Serba salah emang hidup jadi manusia. Apalagi masalah hati. Apalagi saat lu laki-laki. Saat lu dilanda dilema. Saat lu diharuskan untuk memilih. Saat lu dipaksa untuk dewasa dengan pilihan lu nanti.

Semua orang pernah membuat kesalahan. Dan semua orang pantas menerima kesempatan untuk memperbaikinya. Tapi, pantaskah kesempatan itu datang berulang kali? Hidup ini bukan monopoli yang bisa mendapatkan kartu kesempatan disetiap bidak berhenti di atas kotak betuliskan "Kesempatan." Sama sekali bukan.

Apakah gue sempurna? Apakah gue gak pernah membuat kesalahan? Jelas gak! Itu kenapa gue nulis hari ini.

Hey blog. Biar gue kasih tau. Dulu, dulu banget. Saat pertama kali gue jatuh cinta. Gue benar-benar belajar melepaskan. Ilmu yang gak pernah gue pelajarin di sekolah. Guru gue gak ngajarin hal itu. Tapi entah mengapa, gue bisa melepaskan. Meskipun butuh waktu sangat lama.
Berbulan-bulan, di setiap malam, langit begitu mendung sampai akhirnya hujan. Berbulan-bulan. Tapi dari situ gue belajar satu hal, "Jika gue melepaskan untuk kebaikan, Tuhan bakal kasih yang lebih baik dari ini. Sakit, selalu ada obatnya."

Ya, rasa sakit itu perelahan menghilang. Karena Tuhan begitu bijaksana dengan membuat hati dari segumpal daging. Bukan dari segelas kaca yang hancur berkeping-keping saat jatuh, atau seonggok kertas yang tidak akan kembali utuh jika sudah sobek. Sekali lagi, Tuhan begitu bijaksana. Sampai akhirnya gue bisa bilang waktu itu, "Kamu harus jadi lebih baik setelah kita pisah, ok?" ke Queen gue. Ya, Queen of My Heart dulu gue bilang. Kelas 2 SMA waktu itu.

Kemudian, karena begitu baiknya Tuhan di hidup gue. Ia kirim seorang Princess, yang gue bahkan gak sampai pikir betapa spesialnya dia buat gue. Orang yang dewasa dan mengerti perasaan gue. Yang bahkan hanya dengan membaca tulisan kecil gue, dia tahu bahwa sedang ada sesuatu di hidup gue. Dan tanpa disuruh, dia menempatkan diri sebagi mood booster gue. Dan, ya kita gak ada apa-apa. Masing-masing dari kita tahu perasaan masing-masing. Tapi, masing-masing dari kita juga nyaman dengan keadaan yang ada saat itu. Orang yang bener-bener gue titipin saat itu. Di hari perpisahan SMA, gue datang ke depan sahabatnya. Dan bilang, "Tolong jagain Princess-ku. Temenin dia. Jangan sampai dia nangis, ya?" Dan setelah itu, gue gak ngerti kenapa air mata tumpah begitu aja. Lu tahu, bisa jadi hari itu adalah hari terakhir gue ketemu dia. Hey, by the way, aku orang yang pemalu dulu. Dan bisa menyampaikan hal kecil itu, jadi salah satu hal yang luar bisa buat aku.

Eh, jangan lupain juga Adik Perempuanku. Satu-satunya adik perempuan yang aku punya. Yang selalu aku sayang, gimanapun dia. Dulu, bocah satu ini yang selalu apa-apa sama kakaknya. Bertahun-tahun. Gak bisa tanpa kakaknya. Diary, isinya cuma tentang kakaknya. Ya, kakaknya itu aku. Kakak yang saat mau pergi, begitu ditahan untuk stay di sana cukup lama demi nemenin bocah satu itu. Dan karena begitu sayangnya, demi UN dia, Aku stay di sana, dan gue bersyukur banget dia bisa masuk ke UNS. Jika dulu gue lebih mentingin diri gue untuk cepet cabut, mungkin dia gak akan masuk UNS. Tapi, ada satu hal yang sejak sekolah ada di hati gue. "Cepat atau lambat, gue akan kehilangan dia, Tapi, apapun yang terjadi, dialah adik perempuan lu satu-satunya. Ada hari dimana lu bakal ngelepasin dia karena dia bahagia sama jalannya dia nanti. Seenggaknya, lu udah bikin dia jauh lebih baik dari sebelumnya." Ya, seperti yang dia bilang di diary-nya, "Aku itu kertas hitam, kemudian mas buat aku jadi kertas putih. Lalu, mas buat pelangi di situ." Dan, ya, sekarang gue udah ngelepasin dia. Karena dia jauh lebih bahagia. Satu hal yang paling nyakitin adalah saat terakhir kali gue ketemu, yang mungkin jadi hari terakhir untuk selamanya gue ketemu sama dia, gue masih gak bisa meluk dia. Gue merasa, jika gue meluk dia, gue gak bakal bisa ngelepasin pelukan itu. Pelukan yang pastinya bakal banjir air mata. Melebihi banjir saat sebuah boneka melayang ke kepala gue, atau saat es krim yang gue beliin dibuang begitu aja. Dek, inget janjimu sama mas buat gak nyilet-nyiletin tangan lagi ya!

Trus, ke seseorang yang manggil gue Mas Kangkung. Saat kedua orang tua udah pada kenal, udah pada ke rumah masing-masing. Namun harus pisah karena masing-masing keegoisan diri kita. Gue yang saat itu juga jauh dari kata dewasa, dan dia yang memang masih muda belia. Gue sengaja melepaskan dia karena gue ngerti, ngerti banget bahwa gue mungkin gak akan bisa bahagiain dia, Gue juga ngerti bahwa, gue belum punya apa-apa. So, selama ada seseorang yang memang lebih pantes dari gue, it's ok.

Kemudian, my Lily. Lebih dari 5 tahun bertahan dan percaya semua akan berjalan sesuai rencana, Bertahun-tahun percaya bahwa gue bisa buktiin gue jauh lebih baik dari sesorang yang lain di hidupnya. Begonya gue, dulu gue buat satu kesalahan. Yang mana gue gak dikasih kesempatan untuk meminta maaf. Perjuangan 5 tahun berasa sia-sia. Dan doi balik ke hati yang sebelumnya. Apa gue akhirnya memaksakan kehendak? Awalnya, mungkin ya. Gue mendadak menjadi orang yg annoying. Gangguin dia terus yang udah mantap sama pilihannya. Namun, semakin lama, gue semakin sadar bahwa kebahagiaan dia yang utama. Bahwa dia sudah memilih. Seperti waktu itu, "Jika akhirnya aku gak milih kamu, gimana? Atau aku gak milih antara kalian berdua?" Dan, jawaban "ya gapapa" dari gue akhirnya nonjok diri gue sekian tahun setelahnya. Jawab dari gue itu juga yang akhirnya ngebikin gue jadi orang yang konsisten, Dulu gue pernah berucap seperti itu, dan menjadi kenyataan. So, gue harus berhenti mengejar hati itu. Ini kehilangan paling berat seumur hidup gue. Dan melepaskan paling manis buat gue karena gue bener-bener gak nyangka sampai detik ini gue masih bisa fighting tanpa dia. Keinget satu kalimat dari gue dulu, "Janji ya, fighting bareng!" Haha, it's ok. Manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan. Tuhan tahu mana yang terbaik. By the way, terima kasih untuk cerita sebelum hari sakral itu. Karena itulah, aku bisa ikhlas melepas kamu. Ya, aku secara langsung bilang ini ke kamu. Gak ada lu-gue kan di antara kita, nyet? Haha

Last. My hommies. Rumah gue. Tempat yang dulu gue percaya bisa jadi pengganti Lily. Waktu itu, cuma dia yang gue rasa bia ngebuka hati gue. Tapi gak berjalan sesuai rencana. Mungkin gue yang salah, atau mungkin gue yang kurang sabar, atau gue yang kurang baik. Gue bertahan sesuai janjinya. Dan bahkan meskipun dia ingkar janji, gue masih siap buat tetep sama dia. Toh seperti yang gue bilang, setiap orang layak diberikan kesempatan. Tapi setelah apa yang dia bilang waktu itu, gue perlahan ngerti dan membiarkan dia untuk mengambil jalannya sendiri. Gue hormatin apa yang jadi keputusannya.

Oh ya, untuk Boneka Pandaku. Kamu tahu, kalau aku jadi dia, aku akan melepaskan kamu. Kenapa, karena seseorang boleh berjuang, tapi seseorang juga harus mengerti bahagianya orang yang di sayang.

Cinta itu 11-12 sama nafsu, nafsu untuk memiliki. Tapi sayang, apalagi yang tulus, gak akan ada yang bisa nyamain. Jika lu pernah melepaskan demi kebahagiaan dia, ya selamat berarti lu udah pernah tulus menyayangi seseorang.

Monday 13 February 2017

Terkadang, Kamu Tahu Namanya. Tapi Tidak Ceritanya.


I heard that you've been
Self-medicating in the quiet of your room,
Your sweet, suburban tomb.
And if you need a friend,
I'll help you stitch up your wounds.

I heard that you've been
Having some trouble finding your place in the world.
I know how much that hurts,
But if you need a friend
Then please just say the word.

Ada titik di mana setiap manusia merasakan titik nadirnya. Dimana dia bakal merasa, "Ok tugas gue selesai." But, actually not!

Ada saatnya setiap manusia butuh waktu untuk sendiri, atau minimal melepaskan rasa mengganjal di hatinya entah dengan cara apapun. Semua orang berbeda.

Gue? Memilih untuk terus larut dalam rasa yang menjengkelkan tersebut. Gue ngerti, gue sebentar lagi nambah umur. But, ya this is me. Gue malah merasa beruntung untuk bisa terus menjadi pribadi yang seperti ini. Meskipun terkadang, gue merasa ini semua gak baik. Tapi, kalo gue jadi pribadi yang keras hati, gue bakal jadi jarang nangis, dan gak peka sama sekitar. Gue gak mau seperti itu.

Gue besar dari bokap yang keras. Tapi gue gak bisa dilepasin sama nyokap yang selalu lembut, yang selalu ngajarin gue untuk lebih peka sama perasaan orang lain. Dan pribadi asli gue? Gue dilahirkan untuk selalu membahagiakan orang, entah bagaimana perlakuan orang tersebut.

Ya, gak semua orang adalah orang yang gue sayang. Tapi saat gue senyum denger candaan receh mereka, atau ketawa denger candaan yang sebenernya nyakitin hati gue, ketahuilah kalau gue mencoba menjaga perasaan mereka. Mencoba untuk mencairkan suasana, mencoba untuk menjaga hubungan baik. Gue gak mau emosi gue lepas dan hancurin segalanya. Karena gue pernah kehilangan segalanya dengan emosi sesaat gue. Itu kenapa, gue pernah bilang, "Gue kalo diem, tandanya lagi nahan emosi atau lagi sedih. Hibur gue, atau kalau bisa kasih peluk. Gue selalu butuh hal kecil itu."

Ada cerita yang gue bagi di setiap hari dengan tujuan kalian ngerti diri gue dan tahu harus apa memperlakukan gue. Dan gue rasa, banyak orang di luar sana yang melakukan hal yang sama juga karena mereka percaya bahwa orang yang mengerti tentang ceritanya bisa menjadi orang yang menghargai perasaanya kelak. Atau beruntungnya, orang-orang tersebut bisa menjadi obat untuknya.

"Jika kalian tidak bisa membahagiakan, setidaknya kalian tidak mengecewakan."

Sumpah, saat gue nulis ini, gue lagi nahan air mata. (Edited: Akhirnya tumpah juga.)

Please, stop bikin candaan tentang orang lain saat kalian hanya mengerti secuil dari ceritanya. Karena hati orang gak ada yang tahu. Apakah dia kuat menerima candaan itu atau gak. Apakah dia punya trauma tentang candaan itu atau gak. Ya, terkadang kita cuma tahu namanya tapi gak ceritanya.

Sebenernya, gak cuma tentang candaan, Terkadang judge, penilaian sepihak juga bisa menyakitkan orang lain. Dan manusia, terkadang lupa untuk lebih banyak diam, untuk jadi orang yang lebih baik. Manusia, lebih suka untuk mengucapkan apa yang ia tahu bukan mengetahui apa yang ia ucapkan. Ya, judge terkadang terlalu sadis untuk dirasakan beberapa orang, saat yang lain menganggap judge itu wajar karena setiap manusia berhak berkomentar.

"Sometimes, you need to be broken before you know what really happen on the broken people."

Gue gak menyalahkan apa yang orang-orang lakukan di sekitar. I mean, ya gue mengerti beberapa orang hanya berpikiran "ketawa yuk" tanpa memikirkan "dia ok gak ya kalo gue begini?" Terkadang, tertawa hanya butuh pemikiran yang pendek. Tapi bahagia, butuh pemikiran yang lebih panjang.

Kadang, pengen gue pindahin hidup gue ke mereka, pengen tahu apa mereka kuat untuk mendengar candaan dan judge yang ada. Kadang, gue pengen bacot kayak pas gue main game, tapi gue gak bisa. Karena saat gue bacot untuk ngelurusin apa yang ada, gue takut menyakiti hati mereka meskipun mereka gak peduli sama perasaan gue.

Pernah bercanda dengan kata "perkosa" disaat kalian ngobrol di depan perempuan? Yang bahkan kalian gak tahu mungkin dulunya dia punya masa lalu yang kelam? Pernahkah kita sedikit peka, entah perempuan itu masa lalunya kelam atau gak, kita ngerti, harusnya kita ngerti, kalo becanda dengan kata "perkosa" itu gak etis.

Atau, pernahkah kalian melihat perempuan botak di jalan kemudian tertawa karena beranggapan bahwa dia gak pantes dicukur botak, padahal kalian gak tahu jika orang tersebut sedang sakit kanker?

Hmm, mungkin juga kalian pernah bilang sama orang "Lu, kalo gue mau minjem duit, selalu bilang gak ada, tapi adik lu selalu keliatan bahagia sama lu. Gue gak dianggep temen?" padahal orang yang kalian judge seperti itu punya seabreg masalah di rumah dengan orang tuanya dan dia sedang membahagiakan adiknya yang pastinya butuh kasih sayang.

Ya, dan masih banyak contoh lain yang mungkin kalian pernah mengalaminya. Pernah berpikiran lebih panjang saat becanda ataupun menilai seseorang? Wake up, dude! Mental orang bisa jatuh dan hancur jika terus diperlakukan seperti itu.

Lalu apa makna dari tulisan ini? Gue cuma mau ngurangin satu hal yang sangat-sangat mengganjal di kepala gue. Sambil ngelepas beban dipundak dan rasa sesek di dada gue. Gue, cuma bisa nulis. Ya, begini jadinya. Mungkin kalo gue bisa ngegambar, gue bakal ngegambar.

Trus, itu lagu Missing You-nya All Time Low kenapa gue kasih di tulisan ini. Selain emang itu lagu anthem hidup, liriknya juga bagus. Kita kadang nyembuhin diri sendiri dari luka yang dikasih orang lain. Meskipun sebenernya, kita butuh seseorang untuk bantu kita nyembuhin luka tersebut.




Kuatnya manusia, bukan dilihat dari berapa besar ototnya.
  Bukan pula dari seberapa berat beban di tangannya yang bisa dia angkat.
    Atau sebanyak apa pukulan yang ia terima.

Tapi kuatnya manusia ada saat dia tersakiti lalu tersenyum.
Ada saat dia dibanting lalu bangkit kembali.  
Juga saat dia menangis untuk mengalah dan memaafkan.